Langsung ke konten utama

Buktikan Dengan Mendaki Gunung (Part 2)



Kesalahan yang saya lakukan adalah terlalu banyak membawa tas. Sebaiknya randomers hanya membawa tas punggung saja dan jangan pernah membawa tas ransel yang digendong di depan. Hal yang saya lakukan ini ternyata sangat berbahaya, selain terlalu banyak membawa beban, tas ransel dibagian depan itu mengurangi pandangan, terutama untuk melihat kebawah. 


Mendaki gunung tidak hanya menguji fisik tapi juga mentap pendaki. Pandangan yang perlu dirubah tujuan naik gunung adalah PULANG, bukan untuk menuju puncak. Jadi, selama mendaki randomers harus benar-benar berdamai dengan diri sendiri. Tidak ada satupun yang boleh memaksakan tetap naik jika tidak kuat lagi. Dan tidak ada yang boleh tertinggal atau ditinggalkan jika keadaan tidak mendesak. 


Saya hampir menyerah pada saat perjalanan dari puncak untuk turun ke camping ground yang berada di lembah yang jarak tingginya kira-kira lebih dari 20 meter dari puncak. Seperti tadi saya ceritakan jangan membawa tas ransel yang di gendong di bagian depan karena sangat berbahaya saat berjalan turun. Ditambah lagi saat itu turun hujan badai yang cukup merepotkan. Fisik lelah, hujan badai, suhu dingin yang menusuk tulang, dan ditambah lagi sudah mulai gelap dan harus segera sampai camping ground.


Seorang panitia menghampiri saya ketika sudah mencapai tanah datar tempat kami berkemah malam itu. Mengambil alih tas carrier berukuran 50 liter yang saya panggul dari langkah pertama saat dimulainya pendakian. Menegaskan saya untuk segera masuk tenda dan mengganti semua pakaian basah yang saya kenakan  karena cuaca semakin memburuk. Karena suhu sangat dingin, ada baiknya randomers selalu kering untuk menghindari terjadinya hipotermia (penurunan suhu dalam tubuh dari suhu normal) yang jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.


Dari pengalaman tersebut, saya belajar tentang kehidupan. Manusia hanyalah manusia yang selalu takluk dengan alam. Ini adalah bukti nyata jika kekuatan alam tidak bisa ditentang. Pendakian ini juga mengajarkan, “apa yang kamu bawa naik, harus kamu bawa turun.”


Sudahkan randomers belajar tentang arti PULANG?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gimbal Tak Sederhana Dan Lama

Ceritanya pada tahun 2009. Setelah 2 tahun tinggal dan kuliah di Jogja beserta penghuni kampus FISIP Atma Jaya Yogyakarta tercinta akhirnya mulai punya banyak teman. Kampus FISIP tergolong kampus dengan mahasiswa terrandom dibandingkan dengan fakultas-fakultas lainnya. Disana banyak ditemui mahasiswa yang cukup unik, aneh, bin ajaib. Saya salah satunya yang terkontaminasi kerandoman ini. Awal menginjakan kaki di kampus, saya terheran-heran dengan situasi pada masa itu (2007). Mulai dari kuliah dengan seadanya, kaos, sandal jepit, celana jeans yang sudah sobek-sobek bagian lutut, rambut gondorng, keribo, sampai gimbal bisa saya temu sejauh mata memandang. Rupa-rupa lah warnannya. Singkat cerita saya memutuskan untuk menggimbal rambut saya yang sudah 2 tahun tidak saya potong sejak lulus SMA. Rambut yang banyak diberikan pujian oleh para mahasiswi yang konon katanya mereka iri dengan rambut yang hanya menggunakan sampo untuk perawatannya ini, tidak akan lagi membuat para w...

Ada Kamar Kosong

Sebelumnya saya ucapkan maaf sekali, yang pertama lama sekali gak menulis blog yang super random, yang kedua sekalinya posting konten ini adalah konten jualan. Maaf yes! Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis,  MIMPI JADI BAPAK KOS . Nah! Kali ini mungkin udah resmi jadi bapak kos beneran. Setelah menunggu sekian lamanya, akhirnya kos ini sudah siap dihuni. Kos yang berdiri di daerah Maguwoharjo ini berada di tengah perumahan   Griya Grogol Asri   Blok B8, Grogol, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Kos yang diberi nama RA Kost ini diambil dari inisial nama depan dan tengah adik saya yang kebetulan sama. Nyebelinnya ternyata nama RA Kost sendiri sudah banyak di pakai oleh kos-kos lain yang tentu saja berada di luar Jogja. Yah nanti coba kami cari nama yang lebih oke. Konsep RA Kost memiliki fasilitas kamar mandi dalam dengan kloset duduk, token listrik dimasing-masing kamar, AC, kasur spring bed, meja, kursi, dan lemari. WIFI-nya mana? Nah! Semua warga peru...

Mimpi Jadi Bapak Kos

Jadi pak kos itu cuma selentingan mimpi zaman kuliah dulu. Diem aja tapi ada pemasukan. Anjrit gak guna banget yak mikirnya begitu. Tapi oleh lah namanya juga cuma mimpi. Mimpi tu belum tentu harapan, kalo cita-cita itu baru harapan.   Zaman kuliah belum punya pacar, pasti jelas donk kos-kosannya harus khusus perempuan. Indah banget kan kalao mau berangkat kuliah selalu ada sapaan, “Selamat pagi mas.” Mas karena mikirnya seumuran atau gak jauh beda. Siapa tau ngajak berangkat bareng kan bisa nebeng (waktu itu belum ada kendaraan sendiri).   Berjalannya waktu obrolan sama teman-teman kuliah, kami coba memetakan apa asik dan gak asiknya punya kos-kosan perempuan. Banyaknya selentingan yang berseliweran yang paling saya ingat adalah banyakanya cowok-cowok yang nantinya ngapel ke kos. Buat saya ya bebas-besas aja dan bukan urusan saya, yang penting gak mengganggu aja. Tapi karena waktu itu masih jomblo, tetep ganggu juga kan? Pingin juga gitu punya pacar. Ini kategorinya 50:50, en...