Ceritanya pada tahun 2009. Setelah 2 tahun tinggal dan kuliah di Jogja beserta penghuni kampus FISIP Atma Jaya Yogyakarta tercinta akhirnya mulai punya banyak teman. Kampus FISIP tergolong kampus dengan mahasiswa terrandom dibandingkan dengan fakultas-fakultas lainnya. Disana banyak ditemui mahasiswa yang cukup unik, aneh, bin ajaib. Saya salah satunya yang terkontaminasi kerandoman ini.
Awal menginjakan kaki di kampus, saya terheran-heran dengan situasi pada masa itu (2007). Mulai dari kuliah dengan seadanya, kaos, sandal jepit, celana jeans yang sudah sobek-sobek bagian lutut, rambut gondorng, keribo, sampai gimbal bisa saya temu sejauh mata memandang. Rupa-rupa lah warnannya.
Singkat cerita saya memutuskan untuk menggimbal rambut saya yang sudah 2 tahun tidak saya potong sejak lulus SMA. Rambut yang banyak diberikan pujian oleh para mahasiswi yang konon katanya mereka iri dengan rambut yang hanya menggunakan sampo untuk perawatannya ini, tidak akan lagi membuat para wanita di kampus minder.
Berangkatlah saya menuju sebuah salon yang memang dikhususkan untuk membuat gimbal bersama Captain Komang (teman seangkatan). Pengerjaan rambut gimbal tidak secepat yang di bayangkan, butuh 2 hari untuk membuat seluruh kepala terpasang gimbal dengan sempurna. Saya dapat giliran ke-2, yaitu di hari ke-3 saya kesana dan selesai pada hari ke-4.
Ternyata pengerjaan rambut gimbal itu diakui sulit oleh penggimbal rambut jika rambutnya lurus, lebih mudah jika rambut keriting. Tahap pertama rambut yang lurus harus di rusak supaya minimal agak keriting. Tahap ke dua mulailah dengan teknik penyulaman rambut supaya rambut bisa menyatu seperti tali berdiameter kurang lebih 2-5mm (bahkan ada yang lebih) dimulai dari pangkal rambut sampai ujungnya. Tahap ke tiga adalah pengikatan, sebelumnya alat bantu yang digunakan berupa jarum tenun yang ditumpulkan dan juga rambut sintetis yang akan membantu proses penyulaman sampai pengikatan.
Yang paling banyak ditanyakan adalah bagaimana perawatannya? Banyak gosip yang beredar perawatan rambut gimbal dengan cara keramas menggunakan sampo kucing atau sampo khusus gimnal. Itu sama sekali tidak benar adanya. Perawatannya tidak jauh beda dengan rambut-rambut biasa, hanya keramas saja. Cuma teknik keramasnya aja yang agak beda.
Saya sempat coba beberapa macam teknik keramas, misalnya keramas standart bisa disebut keramas SNI (Standart Nasional Indonesia). Atau bisa juga dengan cara merendam dengan air sampo. Yang terpenting saat keramas adalah pada saat membilas rambut. randomers akan sangat terbantu dengan adanya alat sempot (biasanya ada di toilet), atau minimal selang air. Kalau randomers tajir mungkin pakai kompresor pasti jauh lebih menantang.
Jangan lupa dikeringkan! Dan ini harus dan wajib sekali. Proses ini yang paling menyebalkan karena harus dikerjakan satu per satu, sedangkan total gimbal yang menancap di kepala saya berjumlah 77. Pakai hair drayer adalah solusi cepat tapi bisa diamuk anak-anak kos karena listrik di kos dipakai bersamaan, belum menggunakan token listrik tiap kamarnya seperti sekarang.
Begitulah sekilas cerita yang cukup panjang dan sudah masuk dalam sejarah hidup dan pengalam saya yang pernah merasakan punya rambut gimbal.
Sepenasaran apa kamu dengan rambut gimbal?
Komentar
Posting Komentar